Rabu, 20 Februari 2013

KOREA TRADITIONAL HOUSE


Hanok adalah sebutan untuk rumah tradisional Korea yang dipakai untuk membedakannya dengan rumah gaya Barat. Arsitektur Korea memperhitungkan lokasi rumah dari lingkungan sekelilingnya, khususnya mempertimbangkan keadaan geografi dan musim. Struktur interior juga dirancang berdasarkan lokasi rumah. Prinsip yang disebut Baesanimsu (hangul: 배산임수) secara harfiah mengatur rumah ideal untuk dibangun membelakangi gunung, dan sungai berada di depan rumah. Hanok dibangun menghadap ke timur atau selatan agar cukup mendapat sinar matahari.
Rumah tradisional Korea dibangun dari bahan-bahan alami seperti kayu, tanah, batu, jerami,genting, dan kertas. Tiang-tiang dan kerangka hanok dibuat dari kayu. Tembok pengisi kerangka rumah dibangun dari bata yang dibuat dari campuran tanah dan rumput. Kertas tradisional Korea (hanji) dipasang di rangka jendela, rangka pintu, dan pelapis dinding. Lantai dibuat dari tanah yang dikeraskan atau batu.
Pinggiran atap yang melengkung ke atas disebut cheoma. Panjang cheoma menentukan jumlah sinar matahari yang masuk ke dalam hanok. Berdasarkan perbedaan mencolok di bagian atap, secara garis besar hanok dibagi menjadi dua jenis: giwajip (rumah beratap genting) yang dihuni kalangan atas (yangban) dan chogajip (rumah beratap jerami) yang dihuni kalangan petani. Giwajip dibangun memakai genting (giwa) sehingga biaya pembangunan rumah menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh rakyat biasa. Sebaliknya, rakyat biasa tinggal di rumah beratap jerami yang bahan-bahannya mudah didapat. Hanok beratap genting hingga kini masih digunakan sebagai tempat tinggal, sedangkan hanok beratap jerami sudah menjadi bangunan langka.

Bagian-bagian bangunan
Hanok dilengkapi dengan ondol untuk menghangatkan lantai rumah selama musim dingin. Orang Korea duduk, makan, dan tidur di lantai yang terus menerus dihangatkan oleh ondol. Beranda lebar penghubung ruangan satu dengan ruangan lainnya disebut daecheong (
대청).Daechong merupakan ruangan terbuka dengan lantai dari kayu yang dibangun untuk menjaga rumah tetap sejuk di musim panas. Bentuk hanok juga berbeda-beda menurut daerahnya di Korea. Di Korea bagian utara yang dingin, bangunan hanok disusun menyerupai persegitertutup (atau aksara hangul: ) sebagai penahan angin untuk menjaga rumah tetap hangat. Di Korea bagian tengah, ruangan-ruangan disusun membentuk huruf L (atau aksara hangul: ). Di Korea bagian selatan, hanok dibangun memanjang menyerupai huruf I agar angin mudah keluar masuk.
Bangunan (ruangan) tempat tinggal pria dan wanita dipisahkan sesuai dengan pemikiran Konfusius. Hanok terdiri dari bangunan-bangunan (ruangan) yang disebut haengrangchaesarangchaeanchae, dan sadangHaengrangchae adalah bangunan untuk tempat tinggal pelayan, berada di dekat pintu masuk. Sarangchae adalah bangunan untuk pria atau kepala keluarga, termasuk untuk makan dan tidur, dan berada di bagian depan. Anchae adalah bangunan utama sekaligus ruang tidur untuk wanita berikut anak-anak kecil, dan terletak di bagian dalam yang jauh dari pintu masuk. Ruangan untuk altar leluhur disebut sadang.Halaman di tengah-tengah bangunan rumah disebut madang, dan bangunan

Kamis, 14 Februari 2013

Arsitektur Tradisional Bali



Arsitektur Tradisional Bali
Tradisi dapat diartikan sebagai kebiasaan yang turun temurun dalam suatumasyarakat yang merupakan kesadaran kolektif dengan sifatnya yang luas, meliputisegala aspek dalam kehidupan.


                                                                     Bedugul Bali

Arsitektur tradisional Bali 
dapat diartikan sebagaitata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secaraturun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari jaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada
rontal Asta Kosala-Kosali ,

Asta Patali
dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para
undagi
yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud.Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar yangmempengaruhi tata nilai ruangnya. Konsep dasar tersebut adalah:

•Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga

•Konsep orientasi kosmologi,  Nawa Sanga atau Sanga Mandala

•Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cucupu

•Konsep proporsi dan skala manusia

•Konsep court, Open air

•Konsep kejujuran bahan bangunanTri Angga adalah konsep dasar yang erat hubungannya dengan perencanaanarsitektur, yang merupakan asal-usul Tri Hita Kirana.

 Konsep Tri Angga membagi segala sesuatu menjadi tiga komponen atau  zone:

• Nista (bawah, kotor, kaki),
•Madya (tengah, netral, badan) dan
•Utama (atas, murni, kepala)

 
Ada tiga buah sumbu yang digunakan sebagai pedoman penataan bangunan di Bali,sumbu-sumbu itu antara lain:
•Sumbu kosmos  Bhur, Bhuwah dan Swah (hidrosfir, litosfir dan atmosfir)
•Sumbu ritual kangin-kauh (terbit dan terbenamnya matahari)
•Sumbu natural Kaja-Kelod  (gunung dan laut)Dari sumbu-sumbu tersebut, masyarakat Bali mengenal konsep orientasi kosmologikal, Nawa Sanga atau Sanga Mandala. Transformasi fisik dari konsep ini pada perancangan arsitektur, merupakan acuan pada penataan ruang hunian tipikal di Bali.

Rabu, 13 Februari 2013

Arsitektur Neolithic



Arsitektur Neolithic adalah arsitektur dari periode Neolithic. Di Southwest Asia, kultur Neolithic nampak setelah 10000 BC, pada awalnya di Levant ( Pre-Pottery Neolithic A) dan Pre-Pottery Neolithic B) dan dari sana menyebar ke arah timur dan arah barat. Ada awal kultur Neolithic di Southeast Anatolia, Iraq dan Syria pada 8000 BC, dan masyarakat memproduksi-makanan yang pertama nampak di Europe bagian tenggara pada 7000 BC, dan Central Europe pada 5500 BC yang mana paling awal budaya kompleks meliputi Starčevo-Koros (Cris), Linearbandkeramic, dan Vinca). Dengan perkecualian yang sangat kecil ( beberapa tombak dan kampak tembaga terdapat di daerah Great Lake), masyarakat Amerika dan Pacific meninggalkan budaya Neolitic setelah mendapatkan kontak dari eropa.




Gambar 1.1 Penggalian bekas pemukiman di Skara Brae
 



Orang-Orang neolithic di Levant, Anatolia, Syria, Asia Tengah dan Mesopotamia utara adalah para pembangun besar, mereka memanfaatkan batu bata-lumpur untuk membangun desa dan rumah. Pada Çatalhöyük, rumah diplester dan dicat dengan pemandangan yang rumit tentang binatang dan manusia. Di Eropa, rumah panjang dibangun dari konstruksi lumuran dan anyaman dahan kayu. Pusara yang besar untuk orang mati juga dibangun. Pusara ini terutama banyak sekali terdapat di Irlandia, keberadaannya berjumlah ribuan. Orang-Orang Neolithic di British Isles membangun long barrows dan kamar mayat untuk kematian mereka causewayed camps, henges flint mines dan monumen terkutuk.

Sementara di jepang Pada awal periode Neolithic, daerah/lahan muncul di daratan-daratan yang rata. Pada pertengahan periode Neolithic, desa-desa terdiri dari ‘pit dwellings’ dengan tiang-tiang penyangga atap yang terbuat dari ranting-ranting, kemudian berkembang, dan masyarakatnya bermata pencaharian berburu. 
Kepulauan Jepang, merupakan sebuah negara kepulauan dengan yang memiliki rangkaian gunung yang curam, di mana aktivitas geologinya masih berlanjut. Daratan-daratan mengakumulasikan longsoran gunung yang dibawa menuju lembah melalui sungai yang mengalir. 

Suhu pada tahun 5000 SM kurang lebih 40 lebih hangat dibandingkan sekarang. Permukaan laut menjadi lebih tinggi beberapa meter yang menyebabkan air laut mengganggu daerah pedalaman serta mengakibatkan suhu dan garis pantai mendadak turun, minyak ter-akumulasi, dan daratan fluvial terbentuk.

Pertanian mulai muncul pada abad ke-3 dan pada saat itu bangunan dengan lantai pertama mulai dibuat, rumah beratap mulai berdiri. Orang-orang mulai melanjutkan pengembangan pit dwelling dengan lay-out berbentuk kotak dengan 4 tiang di sudut-sudut yang kemudian menjadi standar bangunan di seluruh Jepang. Terdapat beberapa perbedaan bentuk desain eksterior arsitektur Jepang pada tiap periodenya, yaitu :


 

Entri Populer