Rabu, 13 Februari 2013

ARSITEKTUR VERNAKULER

Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture,
arsitekturvernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dariarsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkarpada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkanpengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan materiallokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempatbangunan tersebut berada dan selalu membuka untukterjadinyatransformasi.

Menurut Yulianto Sumalyo (1993), vernacular adalah bahasa setempat, dalam arsitektur istilah ini untuk enyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat, diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, struktur, detail-detail bagian, ornamen, dll).
Sementara definisi arsitektur vernakular menurut Paul Oliver dalam Encyclopedia of Vernacular Architecture of the World adalah terdiri dari rumah-rumah rakyat dan bangunan lain, yang terkait dengan konteks lingkungan mereka dan sumber daya tersedia yang dimiliki atau dibangun menggunakan teknologi tradisional. Semua bentuk arsitektur vernakular dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik untuk mengakomodasi nilai-n
ilai, ekonomi dan cara hidup budaya yang berkembang.
Sebuah cerita menarik tentang perkembangan arsitektur vernacular ditulis oleh Salura (2008)berikut ini.
Adalah Bernard Rudofsky (1910 – 1987) seorang pionir yang kemudian mencuatkankemunculan vernakular. Ia bukanlah seorang yang memiliki latar belakang akademis; hanya seorang arsitek sekaligus seorang pengamat seni yang dengan kemampuannya berhasil merilis sebuah buku tentang ”pakaian” yang berjudul Apakah Pakaian Kita Modern?
Buku yang berjudul asli “Are our Clothes Modern?” ini cukup menarik untuk disimak yang menceritakan bahwa hampir semua kisah sejarah yang ditemuinya memaparkan “pakaian” para raja-raja beserta lingkup kerajaannya serta pemuka agama. Hal inilah yang kemudian mendorongnya untuk mengumpulkan dan menyajikan catatan maupun sketsa budaya pakaian masyarakat biasa dari berbagai penjuru negeri. Catatan inilah yang kemudian menarik perhatian banyak kalangan termasuk penyandang dana kelas dunia untuk mensponsori penelitian-penelitian berikutnya. Termasuk juga kajian tentang arsitektur, yang tentunya tetap mengusung sesuatu kebudayaan yang berasal dari masyarakat biasa – masyarakat yang memiliki keunikan arsitektur tanpa diketahui siapa sang arsiteknya. Rudofsky menyebut karya penelitian ini dengan istilah non formal architecture.
Hingga akhirnya dari hasil penelitiannya tersebut pada tahun 1964, ia pamerkan di sebuah museum seni modern di New York bersamaan dengan peluncuran bukunya yang berjudul “Arsitektur Tanpa Arsitek”. Sesuai judulnya buku ini memaparkan tentang pemukiman dan rumah-rumah masyarakat biasa, yang jelas sangat berseberangan dengan kajian yang banyak muncul disaat yang sama dimana fokus yang dipaparkan rata-rata lebih didominasi pada bangunan istana, kerajaan ataupun bangunan keagamaan. Dari buku yang berjudul asli “Architecture Without Architects” ini membuat banyak kalangan menjadi sadar bahwa pandangan sempit selama ini tentang seni bangunan yang cenderung pada obyek kemegahan dan keagungan raksasa kerajaan tersebut harus segera di sejajarkan dengan sebuah karya hasil kejeniusan lokal masyarakat biasa.
Demikianlah sejak Rudofsky menggelar pameran bertajuk sama dengan bukunya yaitu “Architecture Without Architects” ia kemudian menyebut jenis arsitektur ini dengan sebutan “vernacular-architecture”. Jika dirujuk kedalam kamus-kamus bahasa, Istilah vernakular ternyata merujuk kedalam ilmu bahasa (linguistik) yang secara harfiah berarti logat, dialek atau bahasa asli setempat, sehingga tepat rasanya jika label vernakular ini oleh nya ditempelkan pada jenis bangunan- bangunan rakyat yang menunjukkan kadar kekentalan lokalitas setempat. 
Sejak itu pula muncul para teoritisi yang memposisikan dirinya sebagai pengamat atau pengkaji baru dalam teori arsitektur vernakular ini. Salah satunya yang paling dijadikan rujukan oleh para pengkaji vernakular adalah Amos Rapoport. Berdasarkan tradisi cara membangunnya, Rapoport dalam buku klasiknya House Form and Culture, membagi bangunan menjadi grand-tradition (tradisi megah) dan folk-tradition (tradisi rakyat). 
 Kemegahan Istana dan bangunan keagamaan digolongkan ke dalam grand-tradition. Sementara architecture without architects digolongkan sebagai bangunan folk-tradition. 
Pada klasifikasi folk-tradition ia menempatkan dua kelompok: arsitektur primitif dan arsitektur vernakular.
Rapoport kemudian mengidentifikasi lebih lanjut bahwa jenis arsitektur vernakular yang ada dapat dipisahkan sebagai vernakular-tradisional dan vernakular-modern.

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer